Saat itu musim panas baru saja dimulai. Sungguh, betapa ada banyak hal yang sudah aku rencanakan tentu saja aku rencanakan itu bersama ibu ku. Sejak diperjalanan tak henti-henti nya aku menatap topi bundar buatan ku sendiri, aku buat itu saat musim dingin di saat seluruh rumah di selimuti perapian dengan asap mengepul di awan-awan lewat cerobong yang menengadah ke langit. Aku membayangkan saat turun dari bus, aku melihat sosok wanita tua sedang duduk di pelataran rumah sambil menatap ke arah jalan menerka-nerka setiap orang yang turun "Apakah itu anaku?" Namun, rupanya daun pohon murbei mengabari ku lewat daunya yang berguguran bahwa yang ku rindukan telah berpulang bertepatan dengan matahari terbenam. Bumi yang ku injak seolah bergetar hebat kudapati seorang yang ku rindukan terpejam dengan tenang. Ku tatap topi bundar untuk ibu, ku letakan di atas meja. "Ibu musim panas baru saja dimulai tapi ibu sudja berpulang" ucapku dalam hati Ada sepucuk ...
Sekali-kali lepaskan, lepaskanlah beban yang menggerayangi pikiranmu. lelah, penat, marah, kecewa, sedih, dan mimpi mu yang kau harapkan menjadi nyata tak kunjung jua, biarlah, biarlah malam yang menenangkan. Karena bukankah Allah menjadikan tidur sebagai tempat untuk beristirahat. Kau boleh menangis sepuasmu sampai matamu bengkak, kau boleh merasa sedih, sedihlah sepuasmu sampai kau merasa bosan dengan kesedihan mu itu. Kau menangis kau sedih itu menandakan bahwa kau adalah manusia. Jangankan kita, nabi kita pun nabi Muhammad Saw pernah terpukul mengalami kesedihan yang amat sangat mendalam. Apakah wajar? Tentu saja, beliau manusia seperti kita bisa sedih bisa menangis. Namun, berjanjilah ketika fajar sudah datang dimana awal baru akan dimulai, anggaplah kau sedang menulis di buku yang baru. Tulislah, tulislah hal-hal yang indah anggaplah bahwa di waktu fajar kau terlahir kemabli. Kau bukan lagi dirimu yang kemarin, kau bukan lagi dirimu yang mengatakan kalau "...